Kamis, 23 Februari 2012

kisah inspiratif

Alkisah, para ahli arkeologi yang sedang bekerja di Pulau Easter merasa kebingungan. Karena tanah pertanian purba yang mereka gali, ternyata bertaburan bebatuan. Begitu penuh bebatuan. Bagaimana mungkin sebuah lahan perkebunan yang akan menghasilkan banyak makanan dipenuhi bebatuan? pertanyaan-pertanyaan ini menerpa para ahli arkeologi. Menanam batu?
Orang masa kini mengetahui bahwa tanah yang baik adalah tanah yang bebas dari batu dan kerikil. Dengan kondisi itu, tanah menjadi mudah dibajak dan diolah. Namun, mengapa perkebunan kuno di Pulau Easter dipenuhi dengan bebatuan yang mudah dipindahkan?
ternyata, ladang bebatuan itu tak hanya di Pulau Easter, perkebunan serupa ditemukan di Peru,Cina,Selandia Baru,dan Israel. Konon, perkebunan-perkebunan itu berhasil membuahkan panen yang luar biasa ! bagaimana mungkin?
Setelah diteliti jawabannya cukup mengejutkan. menanam bebatuan di area yang jarang mendapatkan hujan, ternyata dapat mengubah gurun pasir atau tanah kering menjadi perkebunan yang produktif. Bebatuan itu mengumpulkan embun dan menciptakan kantung-kantung kelembapan di bawahnya. Bebatuan itu juga mencegah debu humus terkikis dengan cepat, dan bahkan bebatuan tersebut menambahkan sedikit kesuburan bagi tanah.

kesimpulannya:
pertama,  rupanya menanam bebatuan merupakan proses peremajaan yang dilakukan tanah. setelah masa subur menghilang, saatnya tanah diberi sesuatu yang berbeda sama sekali,yaitu bebatuan.
kedua, bisa jadi orang-orang purba menanami tanah tandusnya di antara bebatuan itu.jadi, mereka tak mengutuki Tuhan yang memberi tanah tandus. sebaliknya mereka terus berupaya, bahkan dengan melakukan hal yang mustahil sekalipun: menanam bebatuan !.