Selasa, 13 Maret 2012

luapan hati

Kau selalu saja mengatakan hal yang tidak ingin ku dengar
Aku terlalu mengerti maksudmu, karena itulah aku tak ingin dengar,
Aku berpura-pura tidak tahu menahu, tapi kau semakin memojokkanku
Kemudian dengan sombongnya kau berkata, kata-kata yang menyakitkan itu
Kau selalu saja mengatakan hal yang ingin aku lupakan
Aku terlalu paham tentang pembicaraanmu, karena itulah aku tak ingin ingat
Aku berpura-pura telah melupakannya, tapi kau terus menyudutkanku
Kemudian dengan lembutnya kau berkata, kenangan yang menyebalkan itu
Jika kau tak suka aku
Maka katakan dan menjauhlah dariku
Jangan membunuhku perlahan dengan kata-katamu yang tajam
Kata-kata itu menusukku lebih tajam dari pisau
Tak terlihat dan lukanya takkan bisa hilang
Jika kau tak suka akukata-kata, benci
Maka jangan hanya memojokkanku
Kau hanya bisa menyerangku dengan semua kelemahan dan kekuranganku
Kau membunuhku perlahan-lahan, membunuh kesabaranku
Aku ingin menutup mulutmu dan mengembalikan kata-katamu
Kau terkadang membicarakan hal-hal yang tak bisa kumengerti
Kau tak peduli aku mengerti atau tidak, yang penting kau bicara
Kau tak pernah mau mendengarkan kata-kataku
Kau merasa kata-katamulah yang benar dan takkan salah
Aku akan jujur
Aku tak suka padamu
Aku tidak gampang membenci seseorang
Tapi aku gampang menyembunyikan kebencianku
Aku masih bisa memperlihatkan senyum dan kebaikanku
Meskipun aku sangat membencimu
Walaupun aku harus berdusta, aku akan berpura-pura
“Aku tidak ada dendam padamu”
Aku tidak ingin dibenci, karena itu aku tidak mau membenci
Tapi terkadang kau bertindak diluar batas kemampuanku menerima
Aku bisa menerima semua cemoohanmu, caci makimu, emosimu
Dan semua hal negative untukku dengan lapang dada
Yeah…tapi jika aku sudah mengambil sikap DIAM
Itu artinya, aku sudah berada dititik puncak
Titik puncak emosiku
Terkadang, aku berfikir
Lebih baik diam, karena diam menyisakan berjuta misteri
Kau membencinya kan??
Kau boleh tetap melanjutkan ocehanmu yang tak penting itu
Aku hanya akan diam dan mendengarkan semuanya dengan sabar
Aku tak akan kabur dari siapapun yang ingin menjatuhkanku
Karena aku akan menabung kritikanmu untuk kesuksesanku
Kau boleh tetap melanjutkan tawamu yang tak bisa di rem
Aku, sesekali akan ikut tertawa agar aktingku sempurna
Aku berpura-pura menjadi orang yang bodoh didepanmu
Tak apa, asal aku bisa mentertawakan diriku sendiri
Lebih baik begitu, daripada aku terus mentertawakan orang lain….
Aku memang pantas untuk ditertawakan
Berbuatlah sesuka hatimu, dan aku akan berbuat sebaliknya
Aku memang bodoh, saking bodohnya
Aku selalu saja berhasil membuatmu tertawa dan menjatuhkanku
Tertawalah…dan aku akan tertawa juga
Kau mentertawakan kebodohanku
Dan aku mentertawakan diriku, “Aku memang sangat bodoh”
Kata-katamu masih menyayatku dengan kejinya
Lebih tajam dari benda apapun didunia
Aku akan bertahan dengan rasa sakit ini
“Karena suatu saat rasa sakit ini akan menjadi obat”
Kau pasti tertawa terbahak-bahak mendengarkan kata-kataku
Silahkan tertawa….tertawalah sampai puas
Sampai rahangmu mungkin tidak bisa ditutup kembali
Aku melukiskan semua kekesalanku pada kertas kosong
Berharap semua hanya akan berakhir dalam goresan tinta
Aku ingin kebencian ini terhapus dengan sendirinya
Aku ingin mengakhiri kata-kata negatifmu tentangku
Dengan caraku sendiri…

Gelar Terakhir

''Lan, minggu depan saya mau diwisuda.'' charles mengabarkan berita gembira ini kepada Fulan via telepon.
''wah,selamat,ya...''jawab Fulan turut senang.
''thanks! Lan,kamu mau nggak mengantar saya wisuda nanti?''
''lho,kenapa?kamu,kan,masih ada ibu. mengapa tidak minta kepada beliau?''
''ibu sakit,Lan. justru,beliau yang meminta saya diantar kamu.''
        singkat cerita, Fulan akhirnya bersedia mengantar Charles yang sudah menyelesaikan studi magister manajemennya untuk acara wisuda.
        Charles adalah asli keturunan Bugis. hanya namanya yang kebarat-baratan. entah mengapa ia dinamakan Charles.
        ''wah, Charles sudah S2, sedangkan saya S1 saja nggak.'' ujar Fulan setengah berbisik mengeluh. Fulan menyesali kondisinya yang tidak sempat menyelesaikan pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi negeri. Drop out di semester-semester ujung karena kebodohannya. jika tidak ingat dengan teman-temannya senasib, ia mungkin masih meneyesali hal itu sampai sekarang. toh, pikirnya, masih banyak manusia-manusia yang senasib dengan Fulan dalam masalah pendidikan. Bahkan, banyak juga yang tidak pernah sedikit pun merasakan bangku sekolah.
        setelah menerima telepon dari Charles yang minta ditemani, Fulan tiba-tiba tersenyum sendiri.

saat Fulan tersenyum sendiri, Icha, adiknya, melihatnya. lalu, dia menegur,'' ka...ka...kenapa ketawa sendiri?''Icha menepuk bahu Fulan pelan. ''kenapa sih ketawa sendiri? abis nerima telepon dari siapa, nih?'' tanyanya menggoda.

''itu, si charles nelepon,minta dianter wisuda minggu depan.''
''terus kenapa ketawa?!!!'' cecar icha menyelidiki.
''De...setelah dipikir-pikir, ternyata Allah itu betul-betul teramat baik, ya? imbuh Fulan melempar bahan omongan.
''baik gimana, maksudnya? Emang Allah itu baik. Mahabaik,malah.''
''iya, Dia Mahatahu bahwa tidak setiap orang punya kemampuan kuliah dan kemudian menyelesaikan perkuliahannya hingga diwisuda dan diberi gelar...''
''terus?'' kejar Icha tidak sabar karena Fulan menjeda perkataannya.
''ya, akhirnya Dia putuskan untuk memberi sema orang gelar, tanpa kecuali. semuanya pasti dapat. punya uang atau tidak punya uang, pintar atau tidak pintar, sempat atau tidak sempat, semua akan diberi gelar yang sama.''
'' Gelar almarhum kali?'' tanya Icha menebak.
''pas! Gelar imi bahkan tidak harus melalaui proses pendidikan layaknya di bangku sekolah atau kuliah. Gelar ini hanya mempersyaratkan kematian bagi yang sudah masanya.''
''iya,ya. kalau gelar dunia, seseorang bisa minta ditemani untuk prosesi penerimaan gelarnya, tanda sebuah kelulusan. kalau gelar yang satu ini, gelar alamarhum, pasti tidak ada yang bisa menemani.''
''ya, karena tidak ada yang tahu secara pasti kapan gelar ini akan disematkan Allah ke pundak kita.''
'' tapi,ka,aslinya,kan, kepastian mendapatkan gelar ini sudah diberi tahu oleh Allah. kata-Nya,''tiap- tiap yang bernyawa pasti akan menemui ajalnya.''(QS.Ali Imran 3 :185)./ siapa saja yang mendapat gelar ini berarti sudah tamat sebagai manusia.''

''ya, mungkin layaknya sebuah profesi mendapatkan gelar dunia,seseorang harus berjuang kemudian diuji dan dinyatakan lulus dengan tawa atau berakhir dengan kesedihan karena tidak berhasil mencapai ending. begtu juga dengan kematian,seseorang harus mempersiapkan diri,siap diuji,sebelum akhirnya 'bergelar' almarhum. kesenangan hidup atau kesusahan hidp adalah bentuk ujian itu sendiri. diatas segalanya,hidup ini sendiri adalah ujian.''

      selanjutnya, Fulan dan adiknya bicara ngolor ngidul. Fulan sangat senang jika bercengkerama dengan adiknya. ia menganggap salah satu aspek fundamental adanya komunkasi antara anggota keluarga, utamanya yang serumah.

semua akan meninggalkan dunia.