Selasa, 13 Maret 2012

Gelar Terakhir

''Lan, minggu depan saya mau diwisuda.'' charles mengabarkan berita gembira ini kepada Fulan via telepon.
''wah,selamat,ya...''jawab Fulan turut senang.
''thanks! Lan,kamu mau nggak mengantar saya wisuda nanti?''
''lho,kenapa?kamu,kan,masih ada ibu. mengapa tidak minta kepada beliau?''
''ibu sakit,Lan. justru,beliau yang meminta saya diantar kamu.''
        singkat cerita, Fulan akhirnya bersedia mengantar Charles yang sudah menyelesaikan studi magister manajemennya untuk acara wisuda.
        Charles adalah asli keturunan Bugis. hanya namanya yang kebarat-baratan. entah mengapa ia dinamakan Charles.
        ''wah, Charles sudah S2, sedangkan saya S1 saja nggak.'' ujar Fulan setengah berbisik mengeluh. Fulan menyesali kondisinya yang tidak sempat menyelesaikan pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi negeri. Drop out di semester-semester ujung karena kebodohannya. jika tidak ingat dengan teman-temannya senasib, ia mungkin masih meneyesali hal itu sampai sekarang. toh, pikirnya, masih banyak manusia-manusia yang senasib dengan Fulan dalam masalah pendidikan. Bahkan, banyak juga yang tidak pernah sedikit pun merasakan bangku sekolah.
        setelah menerima telepon dari Charles yang minta ditemani, Fulan tiba-tiba tersenyum sendiri.

saat Fulan tersenyum sendiri, Icha, adiknya, melihatnya. lalu, dia menegur,'' ka...ka...kenapa ketawa sendiri?''Icha menepuk bahu Fulan pelan. ''kenapa sih ketawa sendiri? abis nerima telepon dari siapa, nih?'' tanyanya menggoda.

''itu, si charles nelepon,minta dianter wisuda minggu depan.''
''terus kenapa ketawa?!!!'' cecar icha menyelidiki.
''De...setelah dipikir-pikir, ternyata Allah itu betul-betul teramat baik, ya? imbuh Fulan melempar bahan omongan.
''baik gimana, maksudnya? Emang Allah itu baik. Mahabaik,malah.''
''iya, Dia Mahatahu bahwa tidak setiap orang punya kemampuan kuliah dan kemudian menyelesaikan perkuliahannya hingga diwisuda dan diberi gelar...''
''terus?'' kejar Icha tidak sabar karena Fulan menjeda perkataannya.
''ya, akhirnya Dia putuskan untuk memberi sema orang gelar, tanpa kecuali. semuanya pasti dapat. punya uang atau tidak punya uang, pintar atau tidak pintar, sempat atau tidak sempat, semua akan diberi gelar yang sama.''
'' Gelar almarhum kali?'' tanya Icha menebak.
''pas! Gelar imi bahkan tidak harus melalaui proses pendidikan layaknya di bangku sekolah atau kuliah. Gelar ini hanya mempersyaratkan kematian bagi yang sudah masanya.''
''iya,ya. kalau gelar dunia, seseorang bisa minta ditemani untuk prosesi penerimaan gelarnya, tanda sebuah kelulusan. kalau gelar yang satu ini, gelar alamarhum, pasti tidak ada yang bisa menemani.''
''ya, karena tidak ada yang tahu secara pasti kapan gelar ini akan disematkan Allah ke pundak kita.''
'' tapi,ka,aslinya,kan, kepastian mendapatkan gelar ini sudah diberi tahu oleh Allah. kata-Nya,''tiap- tiap yang bernyawa pasti akan menemui ajalnya.''(QS.Ali Imran 3 :185)./ siapa saja yang mendapat gelar ini berarti sudah tamat sebagai manusia.''

''ya, mungkin layaknya sebuah profesi mendapatkan gelar dunia,seseorang harus berjuang kemudian diuji dan dinyatakan lulus dengan tawa atau berakhir dengan kesedihan karena tidak berhasil mencapai ending. begtu juga dengan kematian,seseorang harus mempersiapkan diri,siap diuji,sebelum akhirnya 'bergelar' almarhum. kesenangan hidup atau kesusahan hidp adalah bentuk ujian itu sendiri. diatas segalanya,hidup ini sendiri adalah ujian.''

      selanjutnya, Fulan dan adiknya bicara ngolor ngidul. Fulan sangat senang jika bercengkerama dengan adiknya. ia menganggap salah satu aspek fundamental adanya komunkasi antara anggota keluarga, utamanya yang serumah.

semua akan meninggalkan dunia.