Dalam kesibukan keseharian kita,
ada yang sering kita lupakan. Mungkin kita beranggapan bahwa ia bukan
kewajiban. Mungkin kita pula beralasan banyak pekerjaan lain yang mendesak.
Al-Qur’an di rumah kita sering
tidak dibuka. Perhatian kita pada Al-Qur’an masih sangat kurang. Iman kita
terhadap Al-Qur’an masih menanti pembuktian. Kitab maha mulia yang tampak
membisu itu adalah tamu istimewa. Kitab maha suci itu adalah surat ilahi kepada
kita semua. Kitab maha benar itu penuh cinta kasih sayang ilahi. Kitab maha
agung itu membawa rahmat dan berkah untuk kita. Kitab maha istimewa itu wajib
kita sambut gembira, penuh perhatian.
Al-Qur’an bukan kitab sembarang
kitab, Al-Qur’an petunjuk hidup tanpa kesalahan sedikitpun, tanpa kekurangan
sedikitpun, abadi sepanjang masa.
Al-Qur’an penenang jiwa orang
yang membacanya dan menyimaknya. Al-Qur’an lautan ilmu tak bertepi, tak ada
habisnya. Al-Qur’an pemberi syafa’at bagi yang membacanya. Al-Qur’an obat
mujarab untuk melawan sihir, kesurupan, gangguan jin. Al-Qur’an pelunak hati,
pensuci jiwa, pencerah pikiran, penambah iman. Al-Qur’an adalah cahaya dan ruh
kehidupan.
Bila di hati masih ada iman,
pasti ada kecintaan pada Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an menjadi program harian
yang dipatuhi.
Kebahagiaan apa yang kita kejar,
jika kita jauh dari Al-Qur’an ?
Keselamatan apa yang kita impikan
jika kita membelakangi Al-Qur’an?
Membaca Al-Qur’an itu, sungguh
hanyalah perhatian minimal yang wajib kita berikan. Untuk siapa ? untuk
kebaikan diri kita sendiri.
Bukankah kita ini sedang berjalan
menuju kematian ?
Bukankah kita telah sering
mendapat peringatan dan teguran dari sang pemilik Al-Qur’an yang maha mulia ?
Bukankah kita ingin memperbanyak
bekal untuk menghadap ilahi ? Al-Qur’an salah satu bekal terbaik.
Alangkah indah hidup ini jika
kita mendapat berkah Al-Qur’an. Alangkah bahagia rumah tangga kita jika seluruh
anggota keluarganya membaca Al-Qur’an setiap hari. Alangkah damainya masyarakat
kita jika Al-Qur’an benar-benar telah memasyarakat.