Rabu, 19 September 2012

menghilang disudut hati


Aku benci seperti ini, mendengar alunan gitar para lelaki, menyanyikan lagu-lagu yang seperti menyindir suasana hati. aku benci menyiksa diri, aku bahkan tidak lagi mengenal diriku sekarang, aku kehilangan! aku kehilangan diriku! aku benci berpura-pura tersenyum padahal tak ingin.

"kamu ko tenang-tenang saja" tanya seorang kawanku sore itu.

Ah, kamu tidak tahu bahwa sebearnya aku rapuh dibalik dinding yang kalian lihat kokoh. Aku berjuang bertahan di balik dinding itu, hanya di depan kalian, sementara saat malam datang dan menyepikanku, tersudut sendiri aku tenggelam dalam tangis.

"menangislah jika itu perlu, setiap manusia berhak menangis, pernah merasa terluka" seorang kawanku berkata.

Kamu tidak tahu ya? betapa sulitnya menangis saat kamu bahkan merasa bahwa kamu tidak lagi bisa menangis karena sedih, kamu tidak mengerti kan bagaimana rasa sesak karena menahan semuanya?

Lalu aku melihat seorang pria dengan gitarnya, aku teringat seseorang, begitu mudahnya mengingat sementara sulit melupa.

Aku lari dari semua, namun setiap aku terbangun aku selalu sadar bahwa ini nyata, ini bukan mimpi, dan ini harus dilalui.

Kalian tidak mengerti apa yang aku bicarakan, karena kalian tidak dalam posisiku. AKu terasing dalam lingkaran sendu, dengan mata sembab setiap paginya. Aku tidak sekuat yang kalian lihat. Aku tidak setegar yang kalian pikirkan.